Kamis, 19 April 2012

The monkfish


“donghae ya, kapan kita akan latihan? Festival sekolah tinggal 2 minggu” tanya hyukjae pada saat mereka berjalan pulang dari sekolah.
“ah, hyukjae, apa yang kau khawatirkan? Latihan ya latihan saja,”
“bodoh! Bagaimana kita menyewa alat musik? Studio? Dan anggota band kita belum pasti,”
“kontak saja anggota itu, urusan studio dan alat musik serahkan padaku, aku punya nuuna yang menyewakan semua alat itu pada kita,”
Hyukjae menyipitkan mata, sedikit tidak yakin pada sahabatnya, donghae.
“yak hyukjae, kenapa melihatku seperti itu?”
“benar aku bisa mempercayakan padamu?”
“yah, setidaknya itu yang bisa kita lakukan sekarang,”
“baiklah, aku akan menelfon anggota band yang lainnya di rumah nanti, kau urusi nuuna mu itu ya,”
“nde,”
Mereka pun berpisah di persimpangan jalan. Donghae menekuri langkahnya. Dia harus menghubungi nuunanya.
“nomor yang anda tuju . . “ tit, donghae mematikan ponselnya. Mungkin lain waktu. Nuuna pasti sibuk dengan para artis yang harus dia handle saat ini, mengingat pekerjaan nuuna adalah manajer.
---
“dongwook a, kau bisa kan menjadi drummer? Ayolah ini tinggal 3 hari sebelum festival dan kau belum memberi kepastian,” hyukjae memukul pelan bahu dongwook saat mereka sedang duduk di pinggir lapangan basket.
“hyukjae ya, memang kau sudah dapat member lain?”
“sudah, aku gitaris, donghae vokalis, jinki bassist, dan kau, drummer,”
“kedengarannya sempurna, apakah itu sudah fix?”
“aku dan donghae pasti, tapi jinki belum kutanya lagi,”
“panggil saja orangnya, Yak! Jinki ah!”
“ada apa?” Jinki menghampiri sambil menyesap sodanya.
“apa benar kau menjadi bassist dalam band hyukjae?”
“Nde,”
“apakah kau yakin?”
“Hyukjae ah! Sejak kapan kau ragu padaku?” Jinki melingkarkan tangannya di bahu hyukjae.
“baiklah, aku setuju menjadi drummer,” Dongwook menganggukan kepala tanda mengerti.
“kapan kita latihan, hyukjae?”
“Mwo? Kalian belum berlatih sama sekali?”
“Nde,” hyukjae mengelus rambut di belakang kepalanya sambil  meringis.
“bagaimana kau bisa menemukan studio kosong di musim festival sekolah untuk berlatih hah?!” Jinki mendengus kesal.
“Donghae berjanji akan meminjamkan studio nuunanya kepada kita, bersabarlah,” hyukjae menyambar cepat.
“hm, apa katanya?” Dongwook menggedikan dahunya.
“entah, aku belum dengar kabar lagi,”
“mwo?” jinki merangsek maju.
“nde nde, aku akan menelfon nuuna, donghae pernah meninggalkan nomornya padaku.”
“baiklah,” jinki dan dongwook kembali pada posisi semula.
---
Hyukjae melintasi lapangan basket menuju ruang kelasnya. Segera dibuka pintu kelas dan ditelusuri wajah di ruang itu, lalu menemukan donghae. Tanpa ba bi bu dia meloncati beberapa meja dan menarik kerah donghae. Dongwook dan Jinki berlarian dan terengah engah di belakangnya.
“Yak! Shipai! Apa  maksudmu ikan?! Nuunamu tidak bisa meminjamkan studio yang kau janjikan! Ini tinggal 3 hari sebelum festival! Sekarang apa rencanamu?!”
“hyukjae ah, tenanglah dulu!” Dongwook melepas tangan hyukjae dibantu jinki.
“mian, aku tidak tahu, aku selalu tidak bisa menghubungi nuuna karena dia sibuk,” donghae menjawab dengan tenang sambil membetulkan kerahnya.
“bagaimana kau bisa setenang itu? Bagaimana nasib kita?” jinki menyela.
“pasti ada jalan,”
“apapun yang kau katakan, dong, aku tidak suka! Jangan pernah memberi harapan palsu!“
“cih, harapan palsu? Aku hanya mengatakan kenyataan. Kaulah yang memintaku mengatakan sesuatu tentang harapan itu. Selalu mengungkitnya kapanpun kau bertemu, dan sekarang kau berkata aku pemberi harapan palsu?”
“Apapun yang kau katakan aku menyesal percaya padamu!” hyukjae berteriak sambil menunjuk donghae.
“menyesal?” donghae bangkit dan menghampiri hyukjae.
“ya, kuberi tahu padamu, jangan pernah lakukan lagi sesuatu yang membuatmu menyesal,” kata donghae di depan hyukjae, kemudian donghae mengatakan sesuatu di telinga hyukjae, yang cukup untuk bisa didengar oleh seluruh kelas yang terpana melihat aksi mereka berempat.
“kau pasti tahu, semakin tinggi kau berharap, semakin jauh pula kau terjatuh,” donghae pun berjalan menuju pintu dengan tenang.
“neol jashigaa!” hyukjae akan menyerang donghae ketika jinki dan dongwook menahannya.
“yak! Kenapa kau membiarkan dia melewati pintu dengan tenang?! Kuhabisi dia!”
“Bodoh! Kau tidak menyelesaikan masalah!” Dongwook melepaskan cengkeramannya dari hyukjae.
“tenanglah dan berpikir, setidaknya itulah yang bisa kita lakukan saat ini,” jinki berusaha tenang.
Hyukjae tertegun, kemudian menghempaskan diri di kursi terdekat.
“Heh! Yak neol, pikirkan saja sendiri!” ujarnya pada jinki, kemudian memandangi pintu dimana sahabatnya pergi melewatinya.
---
“nuuna, apakah tidak bisa diusahakan? Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya,”
“mian donghae ya, ternyata ada band yang juga memakainya, mereka membooking selama seminggu penuh meskipun hanya dipakai 2 hari saat weekend,”
“mwo? Baiklah nuuna, aku pakai sebelum 2 hari itu, festival sekolah juga saat weekend,”
“jeongmal mian donghae, andwae,”
“nuuna, festival ini sangat penting bagi hyukjae, disana orangtuanya yang sudah bercerai akan melihatnya, itu satu satu nya acara yang bisa mempertemukan mereka, apakah tidak bisa?”
“untuk saat ini mian . .”
“ahh . .. “ donghae terduduk di trotoar.
“tapi, sepertinya salah satu band trainee membatalkan latihannya di studio lain, dan mereka kembali ke studio lamanya, apakah kau mau?”
Donghae terbelalak, kemudian segera berdiri. “jjinjja??”
“tapii. .  sepertinya studio ini sangat parah dan kondisinya tidak baik,”
“gwaencanha nuuna, gwaencanha . . “
“okay, kau bisa memakainya,”
“gomabta nuunaaaaaa!!!”
“mian donghae kondisinya sangat buruk,”
“amugotdo nuuna, aku akan membereskannya,”
---
Hyukjae masih belum bisa melupakan kejadian kemarin. Dia merutuk sepanjang perjalanan keluar gerbang sekolah. Dia masih kesal ketika memikirkan donghae. Apakah bocah itu tidak tahu kalau festival itu sangat penting baginya?
“hyukjae ah!” dongwook menepuk (baca : menubruk) punggung hyukjae.
“aissh . . mwoya!” hyukjae melempar tangan dongwook.
“yaa, kau masih mau bermain band kan? Ikut aku!”
“hah?”
“yaash jjinjja! Palli wa!”
“mwo?”
“kajja!” dongwook menarik hyukjae yang masih bingung melihatnya.
---
Mereka berhenti di depan sebuah studio kumuh. Kemudian jinki keluar sambil merentangkan tangan.
“yaaa chingu! We are done!”
“kajja! Kau ini membuang waktu saja!” dongwook berjalan mendahului hyukjae. Hyukjae menoleh ke arah jinki meminta penjelasan.
“ikuti saja.”
Sesampainya didalam hyukjae tertegun melihat donghae sedang menyiapkan kabel dan alat musik lainnya.
“neo . .”
“mian hyukjae ah, hanya ini yang bisa kudapat, semua studio penuh dan nuuna menyarankan memakai studio ini, tapi kondisinya sangat buruk sehingga kau bisa lihat sendiri, aku, dongwook, dan jinki sudah berusaha membersihkannya tapi . . “
Hyukjae memukul kepala donghae.
“ikaan, kau banyak bicara,” ujarnya sambil mendengus kemudian tertawa.
“yak, semua di posisi masing masing,” jinki memberi aba aba.
“jadi kita akan menyanyikan lagu apa?” dongwook memainkan pedal drumbas nya.
Semua diam berpandangan.
“jadi kalian belum menyiapkan lagu?” dongwook tereduduk lemas.
Donghae menggeleng.
“aisssh . . omo . . “ dongwook memegang kepalanya yang mendadak pusing.
---
“jinki ya. Punyamu lebih besar dari punyaku,”
“aissh kau ini, ikanmu lebih banyak dari punyaku, bersyukurlah dongwook!”
“anieyo! Aku mau punyamu!”
“tidak bisa!”
“berikan padaku!”
Jinki dan dongwook berebut makanan. Donghae dan hyukjae hanya memperhatikan sambil menyesap cola nya. Saat ini mereka duduk melingkar dikarpert, setelah berdebat memilih lagu dan berlatih sebaik mungkin.
“hyukjae a, mianhae, aku tidak bisa dipercaya,”
“huh, aku tahu itu,” hyukjae melahap kimbab nya.
“yaash, kau ini,” donghae mendorong pelan kepala hyukjae.
“kata katamu waktu itu . . “ hyukjae menyesap cola nya lagi.
“aku setuju meski tidak sepenuhnya benar. Kau tahu, saat orangtuaku bertengkar selama 2 tahun, aku berharap mereka akan berbaikan. Eomma ku bilang semua baik baik saja, appaku bilang aku tidak perlu khawatir, tapi . . “ hyukjae tidak melanjutkan kata katanya.
“tapi, tidak. Kata kata mereka memberiku harapan yang tinggi, dan ketika mereka bercerai, aku terjatuh sangat jauh, dan itu sangat sakit. Itu karena Aku tidak tahu seberapa jauh aku terjatuh sehingga aku tidak tahu aku bisa bangkit atau tidak. Saat itu aku sadar, asal kau menemukan seberapa jauh dirimu, kau masih bisa bangkit karena kau tidak pernah benar benar sendiri,”
Donghae tertegun. Kemudian tertawa kecil.
“yak, jika aku mengingat kau yang mengatakan itu semua, aku merinding,”
“issh, neol chingu aniya?” hyukjae melahap kimbap nya dalam sekejap.
“haha, mian, hanya bercanda,”
“gomawo ikan,”
“nde,”
Suasana hening, kemudian jinki menjerit.
“Dongwook a! Kau mengambil 2 lebih banyak dariku dan kau sekarang menggigit kimbapku?!”
“yak, berhentilah bersikap seperti perempuan, kau membuatku takut, laki laki sepertiku harus banyak makan,”
“aiish! Kembalikan!”
“apa? Ini?” dongwook menjulurkan lidah yang berisi kunyahan kimbap.
“kau menjijikan!”
“kau menakutkan!”
Hyukjae dan donghae tertawa melihatnya.
“hidup ini penuh klimaks ya?” hyukjae menekuk lututnya.
“percayalah, jika klimaks yang kau maksud adalah konflik, maka itu tidak akan pernah berakhir,”
“mwo?”
“saat ini adalah klimaks dari apa yang kita perbuat bukan? Dan saat ini pula merupakan awal dari klimaks di saat nanti,”
“sekarang kau yang membuatku merinding,”
Donghae melemparkan tutup botol soda ke arah hyukjae.
---
2 menit lagi, mereka tampil. Saat ini, manusia itu tengah bersiap di backstage.
“donghae a, kau tampan!”
“Jinki, jangan membuatku takut lagi. Hyukjae, kenapa rambutmu?”
“sepertinya dia salah minum obat,”
“yak ikan, kau yang harus minum obat! Model ini sedang tren tahu! Dan aku yang memulai,”
Panitia menghampiri dan mengatakan bahwa mereka harus tampil saat ini.
---
“inilah penampilan dari the Monkfish!”
Intro gitar terdengar, dan beberapa menit kemudian para penonton sudah hanyut dalam histeria itu. Diantara lautan manusia dihadapannya, hyukjae dapat melihat jelas. Seorang wanita yang menitikkan air mata, dan seorang pria yang menyorongkan sapu tangan kearahnya. Mereka terlihat bersama. Meski hyukjae tahu mereka tak lagi bersama sama. Tapi, hyukjae tak sesakit dulu lagi, karena hyukjae sudah menemukan seberapa jauh ia jatuh, dan siapa saja yang membuatnya bangkit, ia menoleh ke arah dongwook yang menabuh drumnya dengan berapi api, jinki yang membetot bass nya dengan tersenyum, dan donghae yang menyanyi dengan semangat. Donghae menengok hyukjae kemudian berteriak sekeras kerasnya. Hyukjae memainkan gitarnya lebih keras. Dan kalian tahu? Mereka sukses dengan festival sekolah ini.
---
-song concert-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar